oleh

Bupati Yusran Akbar Canangkan Revolusi Jagung Pakan,pada Tahun 2026 Setiap Desa Wajib Membuka 10 hektare

-Konawe-515 views

SULTRAONE.com.Konawe – Mimpi besar harus dimulai dari langkah nyata. Di Desa Unggulino, Kecamatan Puriala, Kabupaten Konawe, Bupati Konawe H. Yusran Akbar, ST., pada Senin (22/9/2025) memimpin langsung pencanangan penanaman jagung hibrida pakan di atas lahan kering potensial seluas 600 hektare.

Acara ini dihadiri jajaran Forkopimda Konawe, Ketua DPRD Konawe I Made Asmaya, S.Pd., MM, Kapolres Konawe AKBP Noer Alam, S.IK, Sekda Konawe Dr. Ferdinand, SP, MH, serta ratusan petani dan tokoh masyarakat. Momentum ini tidak sekadar seremoni, melainkan deklarasi bahwa Konawe siap mengambil peran besar dalam kemandirian pangan nasional.

“Ini implementasi Asta Cita ke-6 Presiden Prabowo Subianto: membangun dari desa. Kenapa jagung? Karena kita punya lahan, punya SDM, dan ada kebutuhan nasional yang mendesak,” tegas Bupati Yusran dalam sambutannya yang disambut tepuk tangan meriah.

Dari MBG ke Jagung Pakan: Sinergi Pangan untuk Rakyat

Program penanaman jagung ini dirancang sebagai penopang utama Dapur Makan Bergizi (MBG) yang telah berjalan di Konawe. Program MBG kini tidak hanya menyasar siswa sekolah, tetapi juga ibu menyusui dan balita. Dengan 14 dapur MBG yang setiap hari melayani ribuan jiwa, kebutuhan pangan lokal semakin melonjak, termasuk jagung sebagai bahan baku pakan ternak untuk mendukung kecukupan protein hewani.

“Ini tantangan sekaligus peluang emas bagi petani kita. Kalau kita mampu menjawabnya, Konawe tidak hanya swasembada pangan, tapi juga jadi pemain besar di industri pakan nasional,” ujar Yusran.

Blueprint Revolusi Pertanian Konawe

Data dari Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan (TPHP) mencatat Kecamatan Puriala memiliki potensi lahan kering 1.000 hektare, dengan CPCL (Calon Petani Calon Lahan) 200 hektare. Dari potensi itu, target 75 hektare di 2025 hanyalah langkah awal.

Bupati Yusran menantang aparat desa dan masyarakat untuk menyiapkan gebrakan lebih besar pada 2026,setiap desa wajib membuka 10 hektare lahan khusus jagung pakan.

Dengan produktivitas rata-rata 5 ton per hektare, maka setiap tahun ratusan ribu ton jagung bisa dipanen. Pemerintah daerah berkomitmen menjaga kestabilan harga melalui intervensi pasar, sekaligus membuka pintu bagi masuknya investor pabrik pakan ternak.

“Kalau Konawe sudah swasembada jagung, investor tidak akan kita cari, mereka yang akan datang. Konawe siap jadi pusat industri pakan ternak nasional. Tapi ingat, jangan hanya seremoni. Kita harus kerja keras sampai panen perdana sukses!” tegas Yusran.

Strategi: Kolaborasi, Modal, dan Pendampingan

Untuk memastikan keberhasilan program, Bupati Yusran memerintahkan para penyuluh pertanian bekerja erat dengan Bhabinkamtibmas di tiap wilayah, mulai dari proses budidaya, pengawasan, hingga panen. Perbankan juga dilibatkan untuk membuka akses modal bagi petani, sehingga mereka tidak terjebak dalam kesulitan pembiayaan.

Di sela acara, Bupati Konawe juga menyerahkan bantuan paket sembako kepada para lansia setempat, sebagai simbol bahwa pembangunan pertanian tidak boleh melupakan kesejahteraan sosial seluruh lapisan masyarakat.

Puriala Jadi Pilot Project, Kecamatan Lain Menyusul

Selain Puriala, sejumlah kecamatan lain seperti Uepai, Lambuya, Onembute, Wawotobi, Konawe, Wonggeduku Barat, Wonggeduku, Pondidaha, Abuki, dan Padangguni ditetapkan sebagai sentra pengembangan palawija dan hortikultura.

Puriala dipilih sebagai pilot project karena memiliki potensi luar biasa dengan populasi 9.000 jiwa di 15 desa dan 1 kelurahan. Ke depan, pola keberhasilan di Puriala akan direplikasi ke kecamatan lain, sehingga cita-cita menjadikan Konawe sebagai lumbung pakan nasional bisa diwujudkan.

Tantangan Jadi Peluang

Dengan langkah besar ini, Bupati Konawe Yusran Akbar ingin menegaskan bahwa Konawe tidak hanya bicara tentang pangan lokal, tapi juga tentang posisi strategis daerah dalam mendukung ketahanan pangan nasional.

“Kita punya tanah yang luas, punya petani yang tangguh, punya kebutuhan yang jelas. Tinggal satu: kerja keras dan disiplin. Kalau semua bergerak, Konawe bukan lagi sekadar lumbung beras, tapi juga pusat jagung pakan nasional,” pungkasnya.(Red/SO)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *