oleh

Bupati Konawe KSK Berhasil Meningkatkan IPM Tahun 2021

-Konawe-1,477 views

SultraOne.com.Konawe – Indeks capaian pembangunan sebagai ukuran kualitas hidup IPM dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar. Yakni, dimensi kesehatan, pendidikan, dan kehidupan yang layak.

Bupati Konawe Kery Saiful Konggoasa (KSK) terbilang berhasil meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya,berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), dari tiga dimensi itu, Kery sukses menaikkan IPM Konawe pada tahun 2021 diangka 71,48 persen. Tren itu menunjukkan kenaikan 0,13 persen jika dibanding IPM Konawe tahun 2020 sebesar 71,35 persen.

Secara nasional, Bupati Konawe,KSK mengantarkan IPM Konawe berada pada posisi 180 dari 514 kabupaten/kota se-Indonesia. Untuk lingkup Sultra, IPM Konawe ada di urutan keempat dibawah kota Kendari (84,15 persen), kota Bau-bau (76,26 persen), dan Kolaka (73,56 persen).

“Dengan kenaikan 0,13 persen itu, secara peringkat kita masih lebih baik dibandingkan 13 daerah lain di Sultra. Ini juga menjadi bukti bahwa pembangunan yang kami lakukan di Konawe bukan hanya mengejar urusan infrastruktur,” kata KSK

Lanjut KSK,pencapaian IPM Konawe yang mengalami peningkatan itu merupakan hasil kerja kolektif bawahannya di pemerintah kabupaten (pemkab) Konawe, termasuk sinergi yang terbangun dengan lintas stakeholder,tanpa terkecuali, support segenap masyarakat Konawe dalam hal mendukung program visi misi Konawe Gemilang.

KSK menambahkan,Harmonisasi antara lembaga pemerintah dan masyarakat adalah kunci sukses kita dalam mewujudkan pembangunan. Saya berterimakasih kepada semua pihak di Konawe yang telah bersama-sama berperan dalam pembangunan di daerah ini

Ditempat yang berbeda,Sekretaris kabupaten (Sekab) Konawe Ferdinand Sapan mengemukakan, IPM Konawe dari tahun ke tahun terus menunjukkan grafik yang menggembirakan. Dengan posisi saat ini, Ferdinand Sapan menekankan supaya setiap indikator IPM di Konawe harus tetap dijaga. Ia pun mengaku cukup bangga dengan kinerja aparatur pemkab Konawe yang membuat IPM Konawe berada di urutan keempat tertinggi se-Sultra.

“Kendari wajar teratas karena memang tipologi kota seperti itu,banyak faktor penunjang lain yang tidak dimiliki oleh daerah lain,”kata Ferdinand

Dirinya menerangkan, ada tiga dimensi yang menentukan tinggi rendahnya grafik IPM di suatu daerah. Strategi penguatan pada dimensi kesehatan, pendidikan, serta kehidupan yang layak (dimensi ekonomi) di Konawe, terus dilakukan pemkab Konawe. Apalagi menurut Ferdinand, kebijakan yang dititikberatkan pada ketiga dimensi itu tentunya dapat menstimulus peningkatan IPM di Konawe secara umum.

“IPM kita bisa saja turun kalau sektor pendidikan dan kesehatan tidak mempertahankan posisinya dengan baik. Kalau IPM turun, itu artinya menunjukkan indikator kinerja pemerintahan yang buruk,” timpalnya.

Mantan Kepala BPKAD Konawe itu menjelaskan, dalam dimensi kesehatan, pemkab Konawe telah melakukan banyak langkah konkret. Diantaranya, peningkatan kualitas pelayanan di Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Rumah Sakit (RS) Konawe, serta peningkatan akreditasi pada semua puskesmas se-Konawe. Hal itupun dibarengi pula dengan pelayanan prima yang diberikan oleh tenaga kesehatan (nakes) di otorita setempat.

“Pemkab Konawe ingin memberikan kemudahan akses terhadap fasilitas kesehatan. Biaya berobat juga sebisa mungkin terjangkau bagi semua elemen masyarakat,”ujar KSk

Ferdinand menambahkan, dimensi pendidikan di Konawe juga terus digenjot. Salah satunya, lewat program pendidikan gratis bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) serta masyarakat yang punya keinginan melanjutkan kuliah di Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari. Selain itu, sebutnya, pemkab Konawe tiap tahunnya memberikan bantuan biaya kuliah bagi generasi muda Konawe yang menempuh studi di Universitas Lakidende (Unilaki). Apalagi menurut Ferdinand, keberadaan perguruan tinggi di Konawe harus terus disupport. Jika di suatu wilayah itu kampusnya terakreditasi dengan baik, maka IPM daerah itu juga pasti naik.

“Selain dua aspek itu, IPM di Konawe juga dipengaruhi standar hidup layak. Ini sudah berbicara dimensi ekonomi dan juga banyak faktor penilaiannya. Misalnya, perumahan yang layak huni dan sanitasi yang baik. Ini harus diperhatikan oleh Dinas PUPR Konawe. Kebutuhan petani juga harus diperhatikan supaya produksi tidak anjlok,apalagi saat ini ada sebagian petani yang beralih dari tanaman padi ke palawija,”pungkasnya

Lapora : Mahmud.Tahir

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *